6 Hari Raya Tumpek

Pernahkah anda melihat umat Hindu berdoa di hadapan kendaraan yang mereka miliki? Atau melihat orang yang sedang meletakan seserahan di bawah pohon? Kemungkinan hal-hal tersebut terjadi dikala hari suci Tumpek. Tumpek merupakan salah satu hari suci umat Hindu yang memiliki keunikannya tersendiri, tidak hanya sekali dua kali tetapi setidaknya ada enam Tumpek yang dapat dijumpai dalam setahunnya. Tumpek sangat erat kaitannya dengan kalender Hindu yang merupakan gabungan dari kalender pawukon  Bali, yaitu sapta wara dan panca wara. Tumpek datang setiap bertemunya akhir wuku tertentu, akhir sapta wara (Saniscara atau hari Sabtu) dan akhir panca wara (kliwon) tak jarang juga disebut dengan Saniscara kliwon.

Saat dimana hari raya Tumpek ini datang, umat Hindu melakukan serangkaian upacara persembahyangan dan menghaturkan banten atau seserahan yang berbeda-beda pula di setiap Tumpeknya. Ada beberapa hari raya Tumpek yaitu:

  1. Tumpek Landep
  2. Tumpek Wariga / Tumpek Bubuh
  3. Tumpek Kuningan
  4. Tumpek Klurut
  5. Tumpek Uye / Tumpek Kandang
  6. Tumpek Wayang

Tumpek Landep

Tumpek Landep merupakan hari pemujaan kepada Sang Hyang Pasupati yang telah memberikan anugrah berupa ketajaman pikiran kepada umat manusia. Hal ini dianalogikan kepada keberhasilan umat manusia dalam menggunakan ketajaman pikirannya sehingga mampu mengolah logam yang dapat dimanfaatkan untuk membantu melaksanakan kehidupan sehari-hari. Maka dari itu saat Tumpek Landep umat Hindu melaksanakan upacara untuk semua barang yang terbuat dari besi atau logam yang memiliki manfaat atau dampak positif dalam kehidupan sehari-harinya seperti senjata, sepeda motor, mobil, mesin, dan lain-lain.

Tumpek Wariga / Tumpek Bubuh

Tumpek Klurut adalah hari dimana umat Hindu mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Iswara, atas terciptanya suara-suara suci dalam keindahan dan seni. Hal ini ditujukan kepada pemberian penghormatan kepada alat musik, topeng, kostum tari dan gamelan perunggu yang digunakan dalam beberapa upacara keagamaan. Agar perangkat suara untuk menunjang kelengkapan upacara Yadnya memiliki suara yang indah.

Tumpek Kuningan

Tumpek Kuningan merupakan salah satu upacara besar yang di sakralkan oleh umat Hindu. Tumpek Kuningan ini diadakan 10 hari setelah hari raya Galungan. Hari raya Kuningan merupakan perayaan turunnya Ida Sang Hyang Widhi, para Dewata dan Dewa Pitara (leluhur) ke dunia dengan tujuan untuk melimpahkan karunia-Nya. Maka pada saat Kuningan itu dibuat nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dan tanda terima kasih kita sebagai manusia telah diberkati anugrah oleh Sang Hyang Widhi Wasa.

Tumpek Klurut

Tumpek Klurut adalah hari dimana umat Hindu mengungkapan rasa syukur kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Iswara, atas terciptanya suara-suara suci dalam keindahan dan seni. Hal ini ditujukan kepada pemberian penghormatan kepada alat musik, topeng, kostum tari dan gamelan perunggu yang digunakan dalam beberapa upacara keagamaan. Agar perangkat suara untuk menunjang kelengkapan upacara Yadnya memiliki suara yang indah.

Tumpek Uye / Tumpek Kandang

Tumpek Uye disebut juga Tumpek Kandang karena erat ikatannya dengan hewan-hewan. Ini merupakan hari raya untuk menghormati hewan yang memegang peran penting dalam ekosistem yang ada di bumi.  Hewan yang dimiliki dimandikan terlebih dahulu, lalu diupacarai. Upacara ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur kepada hewan-hewan peliharaan yang mana pada hakikatnya hal tersebut merupakan bentuk pemujaan kepada Tuhan, Rare Angon dan Siwa.

Tumpek Wayang

Tumpek Wayang merupakan Tumpek terakhir dalam kalender Bali. Tumpek ini dilaksanakan guna memberikan penghormatan kepada wayang, serta Tumpek ini persembahannya disajikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Sang Hyang Iswara (Dewanya para Dalang).

Dilaksanakannya upacara-upacara Tumpek ini dimaksudkan agar seluruh umat manusia menyadari untuk senantiasa menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan berbagai makhluk hidup ataupun benda mati yang ada di kehidupan sehari-hari, agar terciptanya keseimbangan dan hubungan timbal balik diantara segala hal yang mengisi semesta bisa berjalan dengan baik dan harmonis.

Tinggalkan Balasan